SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI BLOG KSK PERKANTAS SIDIKALANG
PARA TARUNA KRISTUS YANG SIAP MELAYANI TUHAN DENGAN SEGENAP HATI DAN MENJADI TARUNA YANG SETIA

Selasa, 30 Juli 2013

DENGAN BAHASA LAIN, PERTOBATAN 8 TAHUN LALU


Dosa memang tidak membedakan siapa yang menjadi sahabatnya, tak seperti kebanyakan orang hanya mau berteman dengan orang yang disukainya saja. Baik kaya atau miskin sama saja baginya, seperti aku yang tetap setia didampinginya kemana saja aku melangkah. Hingga kini kenikmatan yang terlanjur kucicipi belum bisa kuhentikan, malah makin menjadi.

Jika harus dihitung jumlahnya barangkali berlaksa-laksa tak terhingga, aku kini melangkah menuju lubang gelap gulita yang menganga siap menelan jiwa yang kini sesat tak tahu jalan kembali pulang.
Semakin aku dihantui rasa takut akan kekalnya hukuman maut bagi para pendosa yang tidak mau taat pada Raja. Tapi aku tidak tahu jalan mana yang harus kutempuh agar mendapat maaf setitik dari-Nya. Saat aku mencoba mencari cara dengan berbagai perbuatan baik yang ditawarkan beberapa orang, lagi-lagi aku tidak yakin dengan jalan ini, dan tetap saja dosa meraja lela menguasai tubuhku.

Kata mereka cukup dengan berbuat segala kebaikan, rajin beribadah dan berbuat amal akan membayar setiap kesalahan sehingga kita akan layak masuk dalam kehidupan kerajaan sorga kelak.

Tapi apa memang aku akan cukup sanggup membayar semua dosaku dengan berbagai perbuatan mulia di dunia ini? Andai juga aku bisa memberikan seluruh dunia untuk kupersembahkan, pastilah tidak cukup untuk membayar dosa yang telah kuperbuat dari sejak aku mengenal dunia dan nikmatnya.

Lalu bagaimana jika hidupku berakhir sebelum aku berhasil membayar semua itu dengan kebaikan dan amal?. Ini adalah tanda tanya besar yang menindih punggungku sehingga aku tak sanggup melangkah dengan tegap. Kertas putih tak lagi putih, hampir hitam malah. Dan mungkin tidak akan pernah menjadi putih hingga akhirnya dibuang ke dalam api yang menyala.

Perlahan dari sudut ujungnya dibakar, lalu pelan-pelan menjalar menuju permukaan, merambat lagi perlahan hingga ujung yang lain, ia musnah menjadi wujud abu yang sedikit demi sedikit, dari ujung sudut tersobek oleh tiupan angin sepoi. Makin jauh koyakan itu makin lebar, perlahan-lahan menjadi koyakan-koyakan kecil dan menjelma menjadi butiran-butiran pasir dan makin halus terkikis angin menjadi debu. Kian dihempas menjadi angin menyatu dengan alam tak terlihat. Nasib anak manusia.

Langkah yang kuayun tetap saja tanpa tujuan yang berarti jika akhirnya aku mencapai keberhasilan seperti cita-cita seluruh keluargaku namun jiwaku binasa pada akhirnya karena dosa. Iblis telah membawaku jauh ke dalam komunitas yang digagasnya untuk membentuk sebuah kerajaan bawah tanah.

Pagi ini aku mendapatkan secarik kertas kecil warna hijau tipis, terlihat hasil lipat ganda dengan mesin foto copy, pesannya singkat saja, mengundang mahasiswa Kristen untuk hadir dalam persekutuan Jumat pukul 11.40 di gedung aula.
Tak ada juga salahnya jika kucboa menghadirinya barangkali bisa membersihkan diriku yang kotor oleh dosa, hampir berdiri di pinggir jurang dan sekali senggol akan jatuh tak tertolong. Kumandang pujian mulai dilantunkan oleh singer menunggu para undangan memenuhi ruangan, aku berjalan masuk perlahan dan kalam, mencari tempat duduk paling nyaman. Di belakang tentunya.

Aku menyimpulkan orang-orang yang biasa duduk paling depan adalah mereka yang hidupnya kudus dan tentu sangat disayang oleh Tuhan. Ketika aku mulai menikmati suasana, olok-olok menggema dalam pikiranku, aku digoda lagi untuk melihat dan membayangkan kaum hawa yang ada disana menjadi wanita-wanita malang yang ada di Youtube. Aku kalah, dan ingin keluar dari dalam ruangan ini, tapi terlanjur aku duduk dan ibadah dimulai oleh MC. Iblis mencoba membangun tembok yang menghalangi diriku untuk mendengar dan melihat pujian dan kesaksian dilantunkan.

Aku mencoba menaiki tembok itu sekuat tenaga, dengan kemampuan memanjat yang kupelajari semasa di kampung. Semakin aku berusaha semakin kuat pula ia menarik kakiku, berulang aku terhempas jatuh ke tanah yang kotor, berlumpur penuh noda, bajuku kini kumal tak lagi layak masuk dalam kerumunan itu. Mereka menertawaiku karena aku kotor, hina, bau, dan tidak layak ada disana. Tapi aku meronta paling tidak aku bisa mengintip dari tembok sejauh jangkauan mataku, aku berusaha menjinjit, hanya sedikit yang dapat kudengarkan pujian itu, hanya pantulan suara yang tidak jelas. Yang bisa ditangkap oleh biji mataku hanyalah ujung rambut pria yang bernyanyi di depan pemain musik itu.

Hingga akhir ibadah aku berdiri dengan kaki gemetar karena lelah menjinjit, mataku yang hampir dua jam melotot terasa pegal, rasanya seperti ingin keluar melompati tembok pemisah. Air mataku pecah membanjiri tempatku berdiri, hingga aku hampir tergenang menggigil kedinginan tak tertahankan. Tulang-tulangku melemah, tanganku yang dari tadi mencengkeram tembok mulai kaku dan mengeras tak bisa kugerakkan.
Nafasku tersengal dalam dada yang mulai sesak, kini aku mulai merasakan jemputan ajal memanggilku untuk segera bersamanya. Tak ada harapan bagi pendosa sepertiku. Lalu aku keluar dengan mulut gemetaran gigiku gemertak beradu tak bisa kukendalikan, sarafku lumpuh.

Aku terkapar dalam terik matahari mencari harapan, bila tubuh beku itu akan mencair oleh surya, perlahan tubuhku menghangat mulai dari ujung jari kakiku, perlahan ia mengalir dalam kulit-kulit ari dan makin dalam ia mendidihkan darah kemudian tulang-tulang dan sum-sum di dalamnya. Daging busuk itu mulai bernyawa lagi, mulai ia melangkah lagi.


Lalu diujung sana aku melihat sosok pria sedikit tua dan terlihat lelah dan kumal, mungkin akan mati, aku menghapiri sosok itu, tak jelas wajahnya. Dia tersenyum bahagia walau nyawanya hampir melayang, tapi kebahagiaan itu nyata. Aku bertanya apa yang anda tertawakan?  Lalu katanya, “selamat datang anak-KU” nafas-Nya berhenti. Ternyat Dia adalah sosok yang menahanku hingga bisa mendengar ibadah siang itu, melawan iblis yang berusaha menenggelamkanku, menghalangi untuk aku datang kepada jalan satu-satunya keselamatan. Yesus.


Ben.

Minggu, 21 Juli 2013

KATA

Hari ini kita menyelenggarakan kebaktian awal tahun ajaran. Setiap orang punya caranya sendiri menyimpulkan capaian kali ini. Mungkin kekecewaan karena jumlah adek-adek yang hadir tidak cukup banyak, acara tidak dimulai dengan tepat waktu, atau diluar harapan-harapan yang kita impikan.

Bagi saya secara pribadi, hal ini juga cukup mengecewakan, saat tiba di depan Gereja Methodis sekitar pukul 15.00 WIB, seorang pun belum terlihat hadir sebagai calon jemaat di depan gereja. Ada sedikit rasa khawatir saat itu. Suasana jalan Barna pun sepi, seperti tidak ada tanda kehadiran adek-adek angkutan umum juga tidak terlihat lalu lalang.

Lagi-lagi kulihat jumlah jemaat yang hadir sangat sedikit ketika MC memulai ibadah, sesekali dan sekalian berdoa kulihat ke arah belakang, dengan harapan muzizat terjadi sebelum khotbah.
Ternyata jemaat yang hadir tidak lagi bertambah. Dalam hati aku bertanya, kenapa? Apa yang sebenarnya Tuhan inginkan. Hatiku sangat pilu sepanjang ibadah itu.

Saat kuamati wajah teman-teman alumni, untuk sementara kusimpulkan bahwa kita kecewa, atau tidak puas.
Lalu di akhir acara, aku melihat sebuah keajaiban Tuhan, aku menikmati lawatan Tuhan. Yang kulihat disana ada berkat Tuhan tercurah. Gadis belia ini tersenyum manis mendekatiku ketika kulambaikan tangan mengundangnya mendekat. Gadis ini sudah lama kuperhatikan dan kudoakan untuk dilayani, dia adalah teman dekat adek-adek kelompok yang sudah kubina selama ini. Setiap kali aku melihatnya bersama mereka, aku selalu berharap dia akan dibina juga.

Setelah beberapa kali nimbrung dalam beberapa acara ulang tahun dan kebersamaan adek-adek siswa, dia selalu ada.

Akhirnya hari ini dia dihantarkan Tuhan secara khusus untuk datang kepada-Nya, dengan perbincangan singkat akhirnya kami menemukan kata sepakat untuk belajar Firman Tuhan bersama-sama dalam kelompok kecil. Dia akan bergabung dengan kelompok yang sebenarnya sudah lama berjalan. Tapi itu tidak akan menghalanginya untuk bertumbuh. Ya, hampir satu tahun lalu saat aku bertatap muka untuk pertama kali dengannya. 
Sekarang ia bersama kita, kiranya Allah meneguhkan imannya menjadi murid yang setia.
Akhirnya di akhir seluruh pelayanan hari ini aku berkata Praise the Lord, satu jiwa itu akhirnya “tertangkap”.

Ben



Kamis, 18 Juli 2013

Ajakan Menyelamatkan Bumi: Jangan Menyampah Sembarangan!

Oleh:    Wandi Tambunan

    

Ambil kembali sampah yang kamu buang sembarangan itu! Buanglah tepat pada tempatnya!
Saya adalah orang yang sangat jengkel ketika melihat sampah berserakan di tempat umum. Yang paling menjengkelkan saya adalah melihat orang-orang dengan lahapnya makan di tempat umum dan tanpa merasa bersalah membuang sampahnya berserakan. Dan yang lebih parah lagi, kebiasaan buruk ini seolah-olah telah menjadi budaya yang diterima umum terjadi di negeri ini.
Bagaimana dengan kota Medan? Betulkah Pemko Medan sudah mulai serius dengan urusan yang satu ini? Untuk ciptakan kota yang bersih Pemko Medan harus revisi Perda Kebersihan. Tidakkah selama ini sampah menjadi sandungan kota Medan untuk menjadi kota bersih? Faktor kebersihan selalu menjadi penghalang untuk meraih Piala Adipura. Semoga tidak sebatas wacana dan sosialisasi. Pemko harus serius dan tegas. Yang pasti kesadaran dan partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk merealisasikan target menjadikan kota Medan tampil bersih. Lantas, Jika kita kerucutkan, bagaimana dengan kota Sidikalang?

Pelajaran dari Negara Tetangga
Hal yang sangat berbeda dengan Negara Singapur. Juni 2011 yang lalu saya dan beberapa teman mengunjungi beberapa tempat rekreasi dan kampus di Singapur. Jangankan membuang sampah sembarangan, kita tidak diizinkan makan dan minum sembarangan. Kita tidak diperbolehkan makan dan minum di Bandara, dalam kereta api, dalam bus dan berbagai tempat umum lainnya. Karena makan dan minum di sembarang tempat bisa memancing kita juga untuk membuang sampah sembarangan. Sehingga tidak heran jikalau kita akan sangat jarang menemukan sampah berserakan hampir di semua tempat di Singapur. Kita hanya akan menemukan sampah di tempat sampah.

Kita harus membudayakan hidup tidak menyampah sembarangan. Kita harus membudayakan hidup bersih dan taat peraturan. Marilah kita menghargai alam ciptaan Tuhan yang sangat indah ini. Marilah kita bersahabat dengan alam. Bukankah kita ingin agar alam juga bersahabat dengan manusia?
Bukankah kita masih merindukan sebuah dunia yang bersih dan indah? Saya masih menantikan lingkungan tanpa sampah. Dan saya tidak akan pernah berhenti menantikan dan mengupayakannya.

Tentu kita sering mendengar imbauan: DILARANG MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN. Karena imbauan ini tidak diindahkan oleh banyak orang, maka dengan jengkel si pembuat imbauan meredaksi kata-katanya menjadi: HANYA BINATANG YANG MEMBUANG SAMPAH DI TEMPAT INI. Tentunya, binatang sekalipun tidak akan membuang sampah di tempat tersebut. Hanya mereka yang tidak peduli disebut binatang. Atau barangkali mereka yang berhati binatang.

Saya juga pernah mendengar pernyataan pembelaan diri dari seseorang yang hendak membuang sampah: BUANGLAH SAMPAH DIMANA ADA TEMANNYA. Itu berarti kita bisa membuang sampah di mana saja jikalau sebelumnya ditempat tersebut sudah ada sampah berserakan. Tindakan ini sama saja memperbesar masalah atau menyetujui tindakan yang salah. Hindarilah tindakan ini!

George Schaller, pada usia 78 tahun, masih tetap berkomitmen pada Alam. Dia pernah mengungkapkan kecintaannya pada alam, “Saya telah memilih jalan yang tak berujung-namun satu jalan di mana saya dapat menciptakan perbedaan, saya masih berusaha melindungi sesuatu yang akan hidup lebih lama dari saya, sejumlah pencapaian kecil yang berarti.”
Di pekarangan rumah kami, saya menanam sedikitnya 30 bunga di dalam pot. Saya sangat menikmati mengamati pertumbuhan bunga-bunga ini setiap hari. Saya membersihkannya, menyiramnya, dan menatanya. Saya selalu senang melihat hijau daun di setiap pekarangan rumah. Walau itu hanya sebuah langkah kecil untuk mengatasi pemanasan global, setidaknya saya sudah ikut serta memelihara bumi yang akan hidup lebih tua dari saya. Saya rindu mewariskan bumi yang lebih sehat bagi generasi saya, generasi yang akan datang. Bagi anak-anak dan cucu-cucu saya di generasi selanjutnya.

Jikalau George Schaller tetap berkomitmen pada Alam hingga dia berusia 78 tahun, marilah kita melakukan hal yang sama. Walau upaya yang kita lakukan belum menunjukkan hasil signifikan, jangan berkecil hati. Setiap tindakan kecil bermanfaat yang kita lakukan akan membawa perbedaan. Setidaknya tindakan kita bisa menginspirasi orang disekeliling kita untuk melakukan hal yang sama. Dengan menularkan kebiasaan baik ini maka akan semakin banyak orang yang berupaya menyelamatkan bumi. Dan tentunya bukan mustahil upaya kita akan menghasilkan bumi yang lebih nyaman untuk dihuni. Dan Tuhan sebagai penciptanya akan tersenyum melihat ciptaanNya dijaga dan dilestarikan oleh umat manusia.
Lantas bagaimana?



Ambil kembali sampah yang kamu buang sembarangan itu! Buanglah tepat pada tempatnya!


Penulis adalah
Pimpinan THE ARK SCHOOL Sidikalang
Seorang Blogger dan Pengajar
Tinggal di Sidikalang- Kabupaten Dairi
Email: Wanditeaches@gmail.com
HP: 081263474750

Minggu, 14 Juli 2013

CUMUNGUT

Tidak semua orang menikmati kegagalan, ada orang yang hidupnya mudah, lancar-lancar saja tanpa halangan berarti. Seringkali justru orang-orang yang tidak mengenal Tuhan yang mengalaminya, kelihatannya hidup mereka sangat nikmat, tidak ada pergumulan. 
Malah kita yang hidup taat kepada Tuhan yang Maha Bisa ini, kok sepertinya tidak seperti janji-janji yang pernah kita dengarkan ya..

Pastinya kita kecewa dengan kegagalan yang menghampiri
Berdoa sudah
Berusaha apalagi,
Tapi kenapa hasilnya jauh dari harapan?

Barangkali Tuhan marah padaku atas dosa-dosa yang lalu-lalu, tapi sepertinya  aku sudah minta ampun kok. Penting juga koreksi diri. Teman-teman yang ada di luar justru sering terang-terangan berbuat dosa. Lebih parah malah dari aku. Eh itu urusan Tuhan, bukan urusan kita, jangan suka hitung-hitung dosa orang.

Aku gagal meraih prestasi, padahal aku sudah banyak belajar dan berdoa
Aku gagal membahagiakan orang tua padahal aku sudah berusaha dan mendoakan mereka
Aku gagal menjadi sahabat yang baik padahal aku sudah berusaha berubah
Yang lebih parah, aku gagal masuk PTN padahal di sekolah aku lebih rajin daripada dia yang lulus.

Kenapa Tuhan mengijinkan ini terjadi, apa Tuhan tidak tahu kalau aku sangat menginginkan itu?
Tidak sedikit anak-anak Tuhan yang akhirnya meninggalkan-Nya karena kekecewaan akan keputusan Tuhan. Mengingat perjuangan selama ini, rajin PA, rajin berdoa, rajin Gereja, rajin berbuat baik dll. Apa semua itu tidak cukup untuk Tuhan?

Ya sudahlah, nambah-nambah kerjaan aja, gak ada juga untungnya, tetap aja Tuhan gak mendengarkan doaku. Akhirnya mereka menjauh dari Tuhan. Tuhan pun sedih, atas kesalah pahaman ini.

Kok bisa?
-      
  •                    Aku ngikut Tuhan supaya Dia ngasih yang kita minta, atau karena dia Sudah ngasih apa bahkan lebih dari yang kita pikirkan ?
  •          Aku ikut KSK supaya Tuhan membuat setiap jalanku lancar atau supaya aku semakin kuat menghadapi segala kesulita?
  •                  Aku rajin melakukan perbuatan baik supaya Tuhan bangga, senang, trus dikasi semua yang kumau, atau memang seharusnya aku berbuat baik, syukur-syukur aku sudah dikasi ijin hidup sampe sekarang. Dosaku terlalu banyak
  •               Tuhan itu memang gak pernah ngerti aku, atau aku memang gak pernah ngerti Tuhan?


Oh iya, tidak semua orang memiliki kesempatan menikmati pergumulan. Loh, kok? Seolah-olah pergumulan itu menyenangkan.
Bersyukurlah kalau kita mengalaminya, ternyata saat itu Tuhan sedang membentuk kita seturut kehendak-Nya, asal kita gak nyerah dengan keadaan. Percaya lah.

Yok, belajar dari Daud (kenal kan?) pemuda yang pernah membunuh raksasa Goliat itu looo..

“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 42:5).”
Yang punya Alkitab bisa pastikan isinya sama atau nggak, J

Daud walau dekat dengan Tuhan, MUNGKIN jauh lebih dekat daripada kita, tetap aja menghadapi yang namanya PERGUMULAN.

Daud bilang pada diri sendiri,
“kok galau kau jiwaku, kan ada Allah”
Kau ragu sama kebijakan-Nya, gitu..!!
Dia sanggup menolongmu..

Kan orang percaya punya PENGHARAPAN, jika kita punya yang satu ini, so pasti kita tidak akan merasa sendirian, trus GALAU. 

Dengan PENGHARAPAN, Daud akhirnya mampu menang atas kegalauan yang menimpa, akhirnya dia BERSYUKUR lagi pada Tuhan.

Percaya deh, Allah tahu yang terbaik buat kita-kita, orang Dia yang ciptakan kita kok.
Ya, pasti tau la apa yang kita perlukan. Setuju gak,, makanya CUMUNGUT,, Tuhan memberkati ya...hehehe




Ben

Of Course I Have a Joy Because Jesus in My Heart


















PERJUANGAN KITA BERSAMA

 2 Timotius 2:1-13



Seiring usia bertambah, manusia akan terus berpikir untuk keberlanjutan setiap cita-cita yang sudah, sedang dan akan dikerjakan di kemudian hari. Tidak sedikit yang menghitung-hitung apa yang sudah dicapai, apa yang sudah dimiliki. Sebuah perjuangan keras tentu akan sangat terasa berharga apabila hal tersebut dapat diwariskan dengan baik kepada orang yang tepat. Terpercaya dalam hal kemampuan untuk melanjutkan perjuangan yang sudah kita lakukan, terpercaya akan tanggung jawab dapat menjaga keberlanjutan apa yang kita wariskan dengan baik. Orang Batak banyak mewariskan tanah yang luas kepada anak cucunya, jika pewaris dapat mengembangkan warisan ini dengan baik, disitulah kepuasan dan kebanggaan orang tua yang mewariskannya. 

Injil_ sesuatu yang sangat berharga yang untuknya Paulus telah berjuang keras. Inilah yang telah dikerjakan Paulus selama hidupnya, dan selama mengerjakan bagiannya sebagai hamba Kristus, Paulus mengalami banyak tantangan yang siap mengancam nyawanya. Sebuah warisan berharga yang harus dipelihara oleh penerusnya dikemudian hari. Situasi jemaat yang tidak menentu karena pemerintahan Romawi telah menangkap dan menghukum para pemimpin jemaat termasuk Paulus. Munculnya ajaran-ajaran baru yang berbeda dengan berita kematian dan kebangkitan Kristus membingungkan jemaat. Dalam usianya yang semakin senja, Paulus menuliskan suratnya yang terakhir untuk anaknya dalam Kristus, Timotius (1:2). Paulus mau supaya Injil tidak berhenti, melainkan supaya semakin banyak orang yang mendengar berita itu serta menghidupinya. Paulus sadar bahwa usianya tidak lama lagi, hanya waktu untuk kematianlah yang dinantikannya dalam penjara Romawi.

Ia menyebut dirinya “seorang hukuman karena Dia” (1:8). Kini ia dipenjarakan dalam ruangan bawah tanah dengan sebuah lubang diatasnya untuk cahaya dan udara. Onesiforus dapat menemukannya setelah mencarinya dengan susah payah (1:17), ia terbelenggu (2:9), ia menderita amat sangat karena kehidupan yang sepi, membosankan dan dingin dalam penjara (4:9-13), pemeriksaan pendahuluan perkaranya telah berlangsung (4:16-17). Sekarang ia menunggu perkaranya kan diajukan ke pengadilan, namun ia tidak lagi berharap akan dibebaskan. 

Hukuman mati dianggapnya tak terelakkan lagi (4:6-8). Timotius, kepada siapa surat itu dialamatkan, dipercayakan tugas kepemimpinan Kristiani, yang tanggung jawabnya jauh diatas kemampuan yang dimilikinya. Paulus menyebut Timotius “anakku yang terkasih dan yang setia dalam Tuhan”, bukan saja karena kasihnya yang besar karena ia berhasil membimbing Timotius menjadi murid Kristus, tetapi juga karena kepercayaannya kepada Timotius sebagai rekan sekerjanya (Roma 16:21) dan saudara seiman kita dan rekan sekerja Allah dalam pemberitaan Injil Kristus.  (1 Tesalonika 3:2). Karena kesetiaannya, dan ketulusannya, Paulus bahkan menyebut  “tidak ada seorangpun padaku seperti dia (Timotius)” (Filipi 2:19-22).

Teruskanlah kebenaran (1-2)
Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain

Pasal 1 berakhir dengan pernyataan Paulus yang penuh dukacita, karena kemurtadan yang meluas di antara umat Kristen di salah satu profinsi Roma, yaitu Asia Kecil (1:15). Kecuali Onesiforus dan keluarganya. Pasal 2 dimulai dengan sebuah desakan supaya Timotius menjadi kuat, tetapi bukan menjadi kuat dengan mengandalkan kekuatan sendiri, namun Timotius supaya kuat oleh anugerah Kristus Yesus. Artinya bergantunglah kepada anugerah Allah, jangan pandang bahwa dirimu lemah, pemalu.  

Dalam pasal 1, Paulus mendorong Timotius supaya ia memiliki iman yang teguh dan memlihara Injil sebagai hartanya (1:13-14). Kini ia didesak bukan saja untuk itu, ia juga harus meneruskannya. Ketidaksetiaan jemaat di Asia Kecil mengharuskan Timotius untuk berdiri teguh, maka sekarang ajal Paulus yang sudah mendekat mengharuskan Timotius untuk meneruskan kebenaran itu kepada generasi yang berikut. 

Dalam penerusan kebenaran ini, Paulus membedakan empat tahap: pertama, bahwa iman adalah sesuatu yang dipercayakan kepadanya oleh Kristus. Itu sebabnya ia menyebutnya “hartaku” (1:12). Kedua, apa yang dipercayakan Kristus kepada Paulus, sekarang dipercayakan kepada Timotius, “apa yang dipercayakan-Nya kepadaku” (1:12), sekarang menjadi apa yang dipercayakan-Nya kepadamu (1:14). Guard the good deposit that was entrusted to you--guard it with the help of the Holy Spirit who lives in us (NIV)

Ketiga, apa yang didengarnya dari Paulus, sekarang harus dipercayakan kepada orang-orang yang dapat dipercaya, yang mungkin masih tersisa diantara orang-orang di Asia yang telah meninggalkan Paulus. Keempat, orang-orang yang demikian harus orang-orang yang mampu mengajar orang lain. Inilah keempat tahapan injil yang dibayangkan oleh Paulus, yaitu: dari Kristus kepada Paulus, oleh Allah dari Paulus kepada Timotius, oleh Allah dari Timotius kepada orang-orang yang setia, dan oleh Allah dari orang-orang yang setia kepada orang-orang lain yang belum mendengar Injil.
Dalam bagian pasal ini, Paulus menggunakan kiasan untuk menggambarkan seorang murid Kristus, yaitu: prajurit yang setia, olahragawan yang patuh pada peraturan, dan petani yang bekerja keras.

Kiasan I: Prajurit yang setia
Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya

Pengalaman Paulus dalam penjara memberi banyak waktu baginya untuk mengamati prajurit Roma, dan merenungkan persamaan prajurit dengan orang Kristen. Tugas sebagai seorang prajurit tidak lepas dari perjuangan untuk menghadapi resiko, penderitaan. Memusatkan seluruh perhatian untuk berjuang dalam medan peperangan tanpa memusingkan urusan-urusan dalam dirinya, siap siaga menantikan perintah dari komandannya.  Orang Kristen adalah prajurit yang juga terus berjuang dalam peperangan melawan dunia untuk pemberitaan Injil Kristus. 

Kerealaan untuk meninggalkan kenyamanan, meninggalkan kepentingan keluarga, pekerjaan, perkara-perkara pribadi adalah resikonya. Perjuangan mengerjakan pelayanan bukanlah karena adanya waktu luang yang tersisa, namun karena benar-benar mengorbankan waktu yang seharusnya cukup penting untuk pribadi kita, namun harus mengorbankannya untuk memimpin kelompok selama 2,5 jam. Seoarang prajurit jauh dari kemewahan, kehidupan yang sederhana bahkan berkekurangan sudah biasa baginya. Terus berjuang dalam kondisi baik atau tidak baik, nyaman atau tidak nyaman, seorang prajurit tidaklah sempat memusingkan hal-hal tersebut.

Kiasan II: Olahragawan yang patuh pada peraturan
Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga

Kini Paulus beralih dari prajurit kepada gambaran  olah ragawan Yunani. Tidak ada pertandingan dalam olah raga, dimana atlet bisa semaunya menunjukkan keterampilan dan kekuatan masing-masing. Tiap cabang olahraga memiliki aturan mainnya. Tiap pertandingan juga tidak lepas dai hadiah yang diperebutkan. Sehebat apa pun seorang atlet, jika ia tidak mengikuti peraturan yang berlaku dalam pertandingan, mustahil ia bisa mendapatkan hadiah. Seorang atlet melindungi dirinya dari hal-hal yang dapat mengganggu kesehatannya, ia memperhatikan makanan yang baik untuknya. Ia melindungi dirinya dari serangan penyakit yang akhirnya dapat menghalangi dia untuk bertanding.

 Kehidupan orang Kristen adalah sebuah perjuangan untuk taat pada peraturan, melatih diri untuk disiplin (1 Kor 9:24-27). Perjuangan untuk meninggalkan hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah, seperti dosa-dosa yang ada dalam diri kita. Allah sendiri membuat sebuah aturan dalam kehidupan Kristiani yaitu supaya kita hidup kudus. Tujuan akhir dari sebuah perjuangan bukanlah masalah hasil yang didapat, namun yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita taat pada aturan ketika berusahan mencapainya. 

Kiasan III: Petani yang bekerja keras
Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya

Jika ingin memperoleh hasil yang baik, maka petani haruslah bekerja keras tentunya. Kerja keras yang dilakukan akan mempengaruhi hasil yang diperoleh setelah panen. Kehidupan petani biasanya jauh dari keramaian, tidak ada tepukan tangan dari penonton biar sehebat apapun atau setangkas apapun dia mengerjakan bagiannya sebagai seorang petani. Namun ketika panen tiba, maka petani akan menikmati hasilnya dengan kepuasan atas kerja keras selama merawat tanaman sejak mengolah tanah hingga panen. Pekerjaan pemberitaan Injil membutuhkan kerja keras. Kita perlu mengelola hidup kita sehingga menghasilkan buah-buah yang baik yang dapat digunakan lagi untuk melayani orang lain. 

Tidaklah cukup bagi seorang petani hanya menabur benih, lalu membiarkannya begitu saja tanpa memeriksa kebutuhan air, pupuk, hama, gulma dll. Iman orang Kristen membutuhkan perawatan, pemupukan dengan Firman, siraman dengan doa, penangkalan hama dan gulma dengan persekutuan sesama orang percaya dll. Pelayan Tuhan nerupakan pekerjaan yang tidak mudah, tidak memiliki keinginan untuk menjadi populer, atau mendapat pujian dari orang lain, kita akan menjadi letih, membanting tulang, dan berjuang. Namun ketika harinya tiba untuk menuai, kita akan menikmati sukacita karena Allah sang pemilik ladang akan memberi kita kesempatan pertama untuk menikmati hasil tuaian tersebut bersama sama dengan Dia.

Demikianlah Paulus menjabarkan tiga hal yang harus dimiliki oleh seorang pelayan Kristus, yaitu dedikasi seorang prajurit, kepatuhan seorang atlet kepada peraturan, dan juga kerja keras seorang petani. Tidak ada kemenangan dari seorang prajurit jika ia tidak menyerahkan diri secara total kepada keprajuritannya, tidak ada mahkota yang diperoleh oleh seorang olahragawan jika ia tidak mematuhi aturan pertandingan, dan mustahillah seorang petani akan menikmati hasil yang memuaskan jika ia tidak bekerja keras.

Allah memberi pengertian
7 Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.

Satu hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh Timotius adalah pengertian, hikmat. Tentu sumber daripada hikmat dan pengerian ini adalah pengajaran yang disampaikan oleh Paulus dan juga tentunya Tuhan sebagai sumber utama pengajaran tersebut. Dalam bagian ini ada dua proses yang diperlukan untuk memperoleh pengertian tersebut, yaitu proses manusiawi dan proses Ilahi. Pengertian akan Firman Allah tidak hadir dengan sendirinya tanpa mendengarkan atau membaca Alkitab. Mendengarkan atau membaca Alkitab juga tidak secara otomatis membuat kita langsung mengerti akan Firman Tuhan. Dibutuhkan kerendahan hati untuk diajar serta ketekunan untuk mendalaminya, namun juga dibutuhkan penyerahan diri kepada Allah yang memberi Firman untuk pengertian akan apa yang disampaikan-Nya kepada kita.

Penderitaan tak terelakkan
8-13 Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu. Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal. Benarlah perkataan ini: "Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita;jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.

Setelah Paulus menyampaikan tiga kiasan yang menjadi contoh bagi seorang murid Kristus, kini ia menunjukkan beberapa pengalaman yang telah dialami Kristus sendiri sebagai hamba Allah (8), kemudian pengalamannya sendiri sebagai rasul Kristus (9-10), dan juga pengalaman semua orang yang memiliki visi yang sama sebagai murid Kristus (11-13). Ayat 8 merupakan bagian dimana Paulus mengingatkan lagi akan penderitaan penyaliban yang dialami Kristus untuk penyelamatan manusia. Paulus seolah menyampaikan kepada Timotius supaya ia tidak malu atau takut menderita, sebab Kristus sendiri sudah mengalaminya. Ayat 9-10 kembali dilanjutkan dengan memberitahukan kepada Timotius penderitaan-penderitaan yang juga dialami Paulus dalam hidupnya sebagai rasul Allah.  

Namun dalam penderitaan yang dialami oleh Paulus terkhusus dalam pemenjaraannya, Injil tidaklah mengalami kemunduran. Justru dalam pemenjaraan itu dia memiliki kesempatan untuk meberitakan Firman Tuhan kepada majelis hakim (4:16-17). Sekalipun dia dibelenggu, namun Firman Tuhan tidak terbelenggu. Bagian yang ketiga ayat 11-13, Paulus menegaskan bahwa semua orang percaya juga mengalami hal yang sama, bahwa mereka juga harus menderita untuk Kristus. Bukankah Stefanus juga adalah orang yang martir, bukankah Petrus juga mengalami hal yang sama? Dan banyak orang-orang percaya lainnya yang juga mengalami hal yang sama. Penderitaan di dunia dalam pemberitaan Injil, akhirnya mereka memperoleh mahkota kemuliaan dari Raja yang memiliki pelayanan.

Kita melayani Allah yang sama
Allah yang kini memprcayakan pelayanan ini untuk kita kerjakan bersama adalah Allah yang sama yang juga telah memanggi Paulus untuk menuliskan surat 2 Timotius. Hamba yang juga sudah menderita bagi injil, hamba yang telah mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan Injil. Teladan telah ditinggalkannya, melalui dia Allah telah berbicara kepada umat-Nya dari generasi ke generasi. Maka kini bagian kita adalah meresponi panggilan Allah. Perjuangan untuk taat akan hukum-hukum Allah dan melatih diri beribadah, berdoa, bergantung kepada Tuhan seperti seorang atlet. Membayar harga untuk tidak memusingkan kepentingan diri sendiri, dengan siap bertempur bagi kemajuan Injil baik atau tidak baik waktunya seperti seorang prajurit. Bekerja keras seperti petani untuk menghasilkan buah yang manis, tanpa mengharapkan penghargaan atau pujian dari siapapun. Dengan demikian kita ini adalah murid Kristus yang sejati yang kepadanya Allah berjanji akan memberikan mahkota kemuliaan di dalam kerajaan-Nya.

Pelayanan tidak maju oleh karena perjuangan satu orang, pelayanan tidak menjadi berkat jika orang-orang di dalamnya tidak memiliki semangat yang sama, perjuangan yang sama, dan terlebih jika tidak digerakkan oleh satu Visi yang sama. 12 Jika kita betekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia, jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita. Bertekun menyaksikan Kristus, bertekun memikul salib, bertekun belajar untuk semakin serupa Kristus, itulah perjuangan bersama. Tidak ada satu orangpun yang telah menjadi sempurna atau telah memberi lebih banyak dalam pelayanan ini sehingga ia akan berkata “sudah cukup bagianku”. 

Tidak ada seorangpun yang lebih berjasa dalam pelayanan ini, sehingga ia akan mengatakan “sekarang bagian kalian melanjutkan”. Tidak ada seorangpun dalam pelayanan ini yang berkata “aku tidak mampu, aku tidak berbakat, kalianlah yang memiliki kemampuan itu disitu”. Jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Biar sekeras apapun kita telah berjuang, biar sebanyak apapun kita sudah memberi, jika tidak diserahkan kepada Allah, maka sia-sialah semua yang kita lakukan. Biarlah Allah pemilik pelayanan ini dipermuliakan untuk setiap hal yang kita lakukan bagi Dia dalam pelayanan ini.

Sebab segala sesuatu dalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Roma 11:36)



Ben

Selasa, 09 Juli 2013

New Day..

Saatnya untuk kembali setekah sekian lama terabaikan dan semoga berkembang lebih baik lagi..