2 Timotius 2:1-13
Seiring usia bertambah, manusia
akan terus berpikir untuk keberlanjutan setiap cita-cita yang sudah, sedang dan
akan dikerjakan di kemudian hari. Tidak sedikit yang menghitung-hitung apa yang
sudah dicapai, apa yang sudah dimiliki. Sebuah perjuangan keras tentu akan
sangat terasa berharga apabila hal tersebut dapat diwariskan dengan baik kepada
orang yang tepat. Terpercaya dalam hal kemampuan untuk melanjutkan perjuangan
yang sudah kita lakukan, terpercaya akan tanggung jawab dapat menjaga
keberlanjutan apa yang kita wariskan dengan baik. Orang Batak banyak mewariskan
tanah yang luas kepada anak cucunya, jika pewaris dapat mengembangkan warisan
ini dengan baik, disitulah kepuasan dan kebanggaan orang tua yang
mewariskannya.
Injil_ sesuatu yang sangat
berharga yang untuknya Paulus telah berjuang keras. Inilah yang telah
dikerjakan Paulus selama hidupnya, dan selama mengerjakan bagiannya sebagai
hamba Kristus, Paulus mengalami banyak tantangan yang siap mengancam nyawanya.
Sebuah warisan berharga yang harus dipelihara oleh penerusnya dikemudian hari.
Situasi jemaat yang tidak menentu karena pemerintahan Romawi telah menangkap
dan menghukum para pemimpin jemaat termasuk Paulus. Munculnya ajaran-ajaran
baru yang berbeda dengan berita kematian dan kebangkitan Kristus membingungkan
jemaat. Dalam usianya yang semakin senja, Paulus menuliskan suratnya yang
terakhir untuk anaknya dalam Kristus, Timotius (1:2). Paulus mau supaya Injil
tidak berhenti, melainkan supaya semakin banyak orang yang mendengar berita itu
serta menghidupinya. Paulus sadar bahwa usianya tidak lama lagi, hanya waktu
untuk kematianlah yang dinantikannya dalam penjara Romawi.
Ia menyebut dirinya “seorang
hukuman karena Dia” (1:8). Kini ia dipenjarakan dalam ruangan bawah tanah
dengan sebuah lubang diatasnya untuk cahaya dan udara. Onesiforus dapat
menemukannya setelah mencarinya dengan susah payah (1:17), ia terbelenggu
(2:9), ia menderita amat sangat karena kehidupan yang sepi, membosankan dan
dingin dalam penjara (4:9-13), pemeriksaan pendahuluan perkaranya telah
berlangsung (4:16-17). Sekarang ia menunggu perkaranya kan diajukan ke
pengadilan, namun ia tidak lagi berharap akan dibebaskan.
Hukuman mati
dianggapnya tak terelakkan lagi (4:6-8). Timotius, kepada siapa surat itu
dialamatkan, dipercayakan tugas kepemimpinan Kristiani, yang tanggung jawabnya
jauh diatas kemampuan yang dimilikinya. Paulus menyebut Timotius “anakku yang
terkasih dan yang setia dalam Tuhan”, bukan saja karena kasihnya yang besar
karena ia berhasil membimbing Timotius menjadi murid Kristus, tetapi juga
karena kepercayaannya kepada Timotius sebagai rekan sekerjanya (Roma 16:21) dan
saudara seiman kita dan rekan sekerja Allah dalam pemberitaan Injil Kristus. (1 Tesalonika 3:2). Karena kesetiaannya, dan
ketulusannya, Paulus bahkan menyebut
“tidak ada seorangpun padaku seperti dia (Timotius)” (Filipi 2:19-22).
Teruskanlah kebenaran (1-2)
Sebab itu, hai anakku,
jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Apa yang telah engkau
dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang
yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain
Pasal 1 berakhir dengan
pernyataan Paulus yang penuh dukacita, karena kemurtadan yang meluas di antara
umat Kristen di salah satu profinsi Roma, yaitu Asia Kecil (1:15). Kecuali
Onesiforus dan keluarganya. Pasal 2 dimulai dengan sebuah desakan supaya
Timotius menjadi kuat, tetapi bukan menjadi kuat dengan mengandalkan kekuatan sendiri,
namun Timotius supaya kuat oleh anugerah Kristus Yesus. Artinya bergantunglah
kepada anugerah Allah, jangan pandang bahwa dirimu lemah, pemalu.
Dalam pasal 1, Paulus mendorong Timotius
supaya ia memiliki iman yang teguh dan memlihara Injil sebagai hartanya
(1:13-14). Kini ia didesak bukan saja untuk itu, ia juga harus meneruskannya.
Ketidaksetiaan jemaat di Asia Kecil mengharuskan Timotius untuk berdiri teguh,
maka sekarang ajal Paulus yang sudah mendekat mengharuskan Timotius untuk
meneruskan kebenaran itu kepada generasi yang berikut.
Dalam penerusan
kebenaran ini, Paulus membedakan empat tahap: pertama, bahwa iman adalah
sesuatu yang dipercayakan kepadanya oleh Kristus. Itu sebabnya ia menyebutnya
“hartaku” (1:12). Kedua, apa yang dipercayakan Kristus kepada Paulus, sekarang
dipercayakan kepada Timotius, “apa yang dipercayakan-Nya kepadaku” (1:12),
sekarang menjadi apa yang dipercayakan-Nya kepadamu (1:14). Guard the good deposit
that was entrusted to you--guard it with the help of the Holy Spirit who lives
in us (NIV).
Ketiga, apa yang
didengarnya dari Paulus, sekarang harus dipercayakan kepada orang-orang yang
dapat dipercaya, yang mungkin masih tersisa diantara orang-orang di Asia yang
telah meninggalkan Paulus. Keempat, orang-orang yang demikian harus orang-orang
yang mampu mengajar orang lain. Inilah keempat tahapan injil yang dibayangkan
oleh Paulus, yaitu: dari Kristus kepada Paulus, oleh Allah dari Paulus kepada
Timotius, oleh Allah dari Timotius kepada orang-orang yang setia, dan oleh
Allah dari orang-orang yang setia kepada orang-orang lain yang belum mendengar
Injil.
Dalam bagian pasal ini,
Paulus menggunakan kiasan untuk menggambarkan seorang murid Kristus, yaitu:
prajurit yang setia, olahragawan yang patuh pada peraturan, dan petani yang
bekerja keras.
Kiasan I: Prajurit yang setia
Ikutlah
menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
Seorang
prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal
penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya
Pengalaman Paulus dalam
penjara memberi banyak waktu baginya untuk mengamati prajurit Roma, dan
merenungkan persamaan prajurit dengan orang Kristen. Tugas sebagai seorang
prajurit tidak lepas dari perjuangan untuk menghadapi resiko, penderitaan.
Memusatkan seluruh perhatian untuk berjuang dalam medan peperangan tanpa
memusingkan urusan-urusan dalam dirinya, siap siaga menantikan perintah dari
komandannya. Orang Kristen adalah
prajurit yang juga terus berjuang dalam peperangan melawan dunia untuk
pemberitaan Injil Kristus.
Kerealaan untuk meninggalkan kenyamanan,
meninggalkan kepentingan keluarga, pekerjaan, perkara-perkara pribadi adalah
resikonya. Perjuangan mengerjakan pelayanan bukanlah karena adanya waktu luang
yang tersisa, namun karena benar-benar mengorbankan waktu yang seharusnya cukup
penting untuk pribadi kita, namun harus mengorbankannya untuk memimpin kelompok
selama 2,5 jam. Seoarang prajurit jauh dari kemewahan, kehidupan yang sederhana
bahkan berkekurangan sudah biasa baginya. Terus berjuang dalam kondisi baik
atau tidak baik, nyaman atau tidak nyaman, seorang prajurit tidaklah sempat
memusingkan hal-hal tersebut.
Kiasan II: Olahragawan yang patuh pada peraturan
Seorang
olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding
menurut peraturan-peraturan olahraga
Kini Paulus beralih dari
prajurit kepada gambaran olah ragawan
Yunani. Tidak ada pertandingan dalam olah raga, dimana atlet bisa semaunya
menunjukkan keterampilan dan kekuatan masing-masing. Tiap cabang olahraga memiliki
aturan mainnya. Tiap pertandingan juga tidak lepas dai hadiah yang
diperebutkan. Sehebat apa pun seorang atlet, jika ia tidak mengikuti peraturan
yang berlaku dalam pertandingan, mustahil ia bisa mendapatkan hadiah. Seorang
atlet melindungi dirinya dari hal-hal yang dapat mengganggu kesehatannya, ia
memperhatikan makanan yang baik untuknya. Ia melindungi dirinya dari serangan
penyakit yang akhirnya dapat menghalangi dia untuk bertanding.
Kehidupan orang
Kristen adalah sebuah perjuangan untuk taat pada peraturan, melatih diri untuk
disiplin (1 Kor 9:24-27). Perjuangan untuk meninggalkan hal-hal yang tidak
berkenan kepada Allah, seperti dosa-dosa yang ada dalam diri kita. Allah
sendiri membuat sebuah aturan dalam kehidupan Kristiani yaitu supaya kita hidup
kudus. Tujuan akhir dari sebuah perjuangan bukanlah masalah hasil yang didapat,
namun yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita taat pada aturan ketika
berusahan mencapainya.
Kiasan III: Petani yang bekerja keras
Seorang
petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya
Jika ingin memperoleh
hasil yang baik, maka petani haruslah bekerja keras tentunya. Kerja keras yang
dilakukan akan mempengaruhi hasil yang diperoleh setelah panen. Kehidupan
petani biasanya jauh dari keramaian, tidak ada tepukan tangan dari penonton
biar sehebat apapun atau setangkas apapun dia mengerjakan bagiannya sebagai
seorang petani. Namun ketika panen tiba, maka petani akan menikmati hasilnya
dengan kepuasan atas kerja keras selama merawat tanaman sejak mengolah tanah
hingga panen. Pekerjaan pemberitaan Injil membutuhkan kerja keras. Kita perlu
mengelola hidup kita sehingga menghasilkan buah-buah yang baik yang dapat
digunakan lagi untuk melayani orang lain.
Tidaklah cukup bagi seorang petani
hanya menabur benih, lalu membiarkannya begitu saja tanpa memeriksa kebutuhan
air, pupuk, hama, gulma dll. Iman orang Kristen membutuhkan perawatan,
pemupukan dengan Firman, siraman dengan doa, penangkalan hama dan gulma dengan
persekutuan sesama orang percaya dll. Pelayan Tuhan nerupakan pekerjaan yang
tidak mudah, tidak memiliki keinginan untuk menjadi populer, atau mendapat
pujian dari orang lain, kita akan menjadi letih, membanting tulang, dan
berjuang. Namun ketika harinya tiba untuk menuai, kita akan menikmati sukacita
karena Allah sang pemilik ladang akan memberi kita kesempatan pertama untuk
menikmati hasil tuaian tersebut bersama sama dengan Dia.
Demikianlah Paulus
menjabarkan tiga hal yang harus dimiliki oleh seorang pelayan Kristus, yaitu
dedikasi seorang prajurit, kepatuhan seorang atlet kepada peraturan, dan juga
kerja keras seorang petani. Tidak ada kemenangan dari seorang prajurit jika ia
tidak menyerahkan diri secara total kepada keprajuritannya, tidak ada mahkota
yang diperoleh oleh seorang olahragawan jika ia tidak mematuhi aturan
pertandingan, dan mustahillah seorang petani akan menikmati hasil yang
memuaskan jika ia tidak bekerja keras.
Allah memberi pengertian
7 Perhatikanlah
apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.
Satu hal yang sangat
penting untuk dimiliki oleh Timotius adalah pengertian, hikmat. Tentu sumber
daripada hikmat dan pengerian ini adalah pengajaran yang disampaikan oleh
Paulus dan juga tentunya Tuhan sebagai sumber utama pengajaran tersebut. Dalam
bagian ini ada dua proses yang diperlukan untuk memperoleh pengertian tersebut,
yaitu proses manusiawi dan proses Ilahi. Pengertian akan Firman Allah tidak
hadir dengan sendirinya tanpa mendengarkan atau membaca Alkitab. Mendengarkan
atau membaca Alkitab juga tidak secara otomatis membuat kita langsung mengerti
akan Firman Tuhan. Dibutuhkan kerendahan hati untuk diajar serta ketekunan
untuk mendalaminya, namun juga dibutuhkan penyerahan diri kepada Allah yang
memberi Firman untuk pengertian akan apa yang disampaikan-Nya kepada kita.
Penderitaan tak terelakkan
8-13
Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang
telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.
Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang
penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu. Karena itu aku sabar
menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga
mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal. Benarlah
perkataan ini: "Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia;
jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita
menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita;jika kita tidak setia, Dia tetap
setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.
Setelah Paulus
menyampaikan tiga kiasan yang menjadi contoh bagi seorang murid Kristus, kini
ia menunjukkan beberapa pengalaman yang telah dialami Kristus sendiri sebagai
hamba Allah (8), kemudian pengalamannya sendiri sebagai rasul Kristus (9-10),
dan juga pengalaman semua orang yang memiliki visi yang sama sebagai murid
Kristus (11-13). Ayat 8 merupakan bagian dimana Paulus mengingatkan lagi akan
penderitaan penyaliban yang dialami Kristus untuk penyelamatan manusia. Paulus
seolah menyampaikan kepada Timotius supaya ia tidak malu atau takut menderita,
sebab Kristus sendiri sudah mengalaminya. Ayat 9-10 kembali dilanjutkan dengan
memberitahukan kepada Timotius penderitaan-penderitaan yang juga dialami Paulus
dalam hidupnya sebagai rasul Allah.
Namun dalam penderitaan yang dialami oleh Paulus terkhusus dalam
pemenjaraannya, Injil tidaklah mengalami kemunduran. Justru dalam pemenjaraan
itu dia memiliki kesempatan untuk meberitakan Firman Tuhan kepada majelis hakim
(4:16-17). Sekalipun dia dibelenggu, namun Firman Tuhan tidak terbelenggu.
Bagian yang ketiga ayat 11-13, Paulus menegaskan bahwa semua orang percaya juga
mengalami hal yang sama, bahwa mereka juga harus menderita untuk Kristus.
Bukankah Stefanus juga adalah orang yang martir, bukankah Petrus juga mengalami
hal yang sama? Dan banyak orang-orang percaya lainnya yang juga mengalami hal
yang sama. Penderitaan di dunia dalam pemberitaan Injil, akhirnya mereka
memperoleh mahkota kemuliaan dari Raja yang memiliki pelayanan.
Kita melayani Allah yang sama
Allah yang kini
memprcayakan pelayanan ini untuk kita kerjakan bersama adalah Allah yang sama
yang juga telah memanggi Paulus untuk menuliskan surat 2 Timotius. Hamba yang
juga sudah menderita bagi injil, hamba yang telah mendedikasikan hidupnya untuk
kemajuan Injil. Teladan telah ditinggalkannya, melalui dia Allah telah
berbicara kepada umat-Nya dari generasi ke generasi. Maka kini bagian kita
adalah meresponi panggilan Allah. Perjuangan untuk taat akan hukum-hukum Allah
dan melatih diri beribadah, berdoa, bergantung kepada Tuhan seperti seorang
atlet. Membayar harga untuk tidak memusingkan kepentingan diri sendiri, dengan
siap bertempur bagi kemajuan Injil baik atau tidak baik waktunya seperti
seorang prajurit. Bekerja keras seperti petani untuk menghasilkan buah yang
manis, tanpa mengharapkan penghargaan atau pujian dari siapapun. Dengan
demikian kita ini adalah murid Kristus yang sejati yang kepadanya Allah
berjanji akan memberikan mahkota kemuliaan di dalam kerajaan-Nya.
Pelayanan tidak maju oleh
karena perjuangan satu orang, pelayanan tidak menjadi berkat jika orang-orang
di dalamnya tidak memiliki semangat yang sama, perjuangan yang sama, dan
terlebih jika tidak digerakkan oleh satu Visi yang sama. 12 Jika kita betekun, kita pun akan ikut memerintah dengan
Dia, jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita. Bertekun
menyaksikan Kristus, bertekun memikul salib, bertekun belajar untuk semakin
serupa Kristus, itulah perjuangan bersama. Tidak ada satu orangpun yang telah menjadi
sempurna atau telah memberi lebih banyak dalam pelayanan ini sehingga ia akan
berkata “sudah cukup bagianku”.
Tidak
ada seorangpun yang lebih berjasa dalam pelayanan ini, sehingga ia akan
mengatakan “sekarang bagian kalian
melanjutkan”. Tidak ada seorangpun dalam pelayanan ini yang berkata “aku tidak mampu, aku tidak berbakat,
kalianlah yang memiliki kemampuan itu disitu”. Jadilah kuat oleh kasih
karunia dalam Kristus Yesus. Biar sekeras apapun kita telah berjuang, biar
sebanyak apapun kita sudah memberi, jika tidak diserahkan kepada Allah, maka
sia-sialah semua yang kita lakukan. Biarlah Allah pemilik pelayanan ini
dipermuliakan untuk setiap hal yang kita lakukan bagi Dia dalam pelayanan ini.
Sebab segala sesuatu
dalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: bagi Dialah kemuliaan sampai
selama-lamanya (Roma 11:36)
Ben